Senin, 07 November 2011

Budaya Penuh Mistis (Indonesia)

Budaya Penuh Mistis Nusantara


Patung atau boneka Sigale-gale di SamosirIndonesia, selain kaya dengan pemandangan alamnya yang indah, juga kaya dengan budaya, termasuk yang berbau mistis.
Berbagai budaya mistis tersebar di seluruh daerah di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Budaya mistis ini tidak bisa dicerna oleh akal pikiran secara rasional, namun keindahan yang terkandung di dalamnya jelas bisa dirasa. Berikut beberapa budaya mistis di 5 pulau besar di Indonesia.

Sumatera - Patung Sigale-gale dari SamosirSigale-gale, patung kayu yang dapat menari (manortor), dijumpai hanya di Samosir (Tomok-Simanindo). Konon merupakan penjelmaan anak Raja Rahat yang meninggal karena sakit. Raja Rahat sedih kemudian jatuh sakit dan meminta para pembantunya membuat patung sebagai peringatan, yang digerakkan tenaga gaib untuk menari.
Versi lain asal usul Patung Sigale-gale adalah, konon seorang dukun bernama Datu Partaoar ingin sekali mempunyai anak laki-laki atau perempuan. Suatu ketika dia menemukan sebuah patung cantik di tengah hutan, persis seperti seorang gadis yang tubuhnya terlilit kain dan beranting-anting. Dia kemudian membawa gadis itu setelah mengubahnya dari patung menjadi manusia.
Istrinya yang juga berharap-harap selama ini untuk mempunyai keturunan memberi nama gadis itu dengan nama Nai Manggale. Dia menjadi gadis yang disenangi penduduk karena kelembutannya. Suatu ketika dia mendapatkan pendamping hidup. Namun seperti ibunya, ia tidak dapat melahirkan keturunan secara biologis. Dia pun berkata kepada suaminya yang bernama Datu Partiktik agar memesan pematung untuk membuatkan sebuah patung yang bisa menari di samping jenazahnya kelak. Patung tersebut dinamai Sigale-gale. Berdasarkan versi itulah kiranya tarian Sigale-gale pernah ditemukan dengan pasangan laki-laki dan perempuan.
Sigale-gale secara etimologis dapat berarti “yang lemah gemulai”. Demikianlah sebenarnya kesan melihat tarian boneka Sigale-gale. Entah mungkin juga mereka kembar. Yang laki-laki namanya si Manggale dan perempuan bernama Nai Manggale.
Boneka ini akan menampilkan tarian pada pemakaman yang diberi nama Tor-tor Si Gale-gale. Tujuannya adalah untuk menghilangkan karma buruk karena kecewanya almarhum yang meninggal tanpa sempat punya keturunan. Orang Batak memiliki kepercayaan, apabila seseorang meninggal tanpa anak, terutama anak laki-laki, maka akan membawa petaka karena jiwanya mengembara tanpa ada keluarga yang berdoa untuknya. Sesuai dengan kepercayaan setempat, setelah upacara pemakaman, Si Gale-gale harus dihancurkan.
Goa Sumur di Wonosobo, Jawa TengahJawa - Tiga Gua Mistis Pemberi Berkah, Keturunan, dan Kecantikan, dari Dieng Ada tiga gua di area wisata Pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, yang lekat dengan motis supranatural sehingga sering diigunakan untuk bersemedi. Ketiga gua itu adalah Gua Sumur, Gua Semar, dan Gua Jaran.
Gua Semar dinamai seperti itu karena penduduk setempat percaya bila gua ini dijaga oleh Eyang Semar. Banyak orang bersemedi di gua ini dengan tujuan menginginkan keselamatan dan berkah. Konon, Presiden Soeharto disebut pernah bertapa di gua sepanjang empat meter ini pada 1974.
Tidak jauh dari Gua Semar terdapat Gua Sumur. Di depannya ada arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini memiliki kolam kecil yang airnya konon bertuah. Banyak yang percaya air di Gua Sumur ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Air tersebut juga digunakan umat Hindu dari Bali di upacara Mabakti atau Muspre.
Gua berikutnya, yaitu Gua Jaran, yang sering dipakai kaum perempuan untuk bertapa jika ingin punya anak. Legendanya, dulu saat hujan lebat, ada seekor kuda berteduh di gua ini. Setelah hujan reda, kuda itu keluar dalam kondisi sudah bunting. Di antara tiga gua itu, Gua Jaran bisa dimasuki tanpa juru kunci. Sementara Gua Sumur dan Gua Semar, bila tidak ada juru kunci biasanya dikunci untuk menjaga kesucian.
Tato wanita Dayak di KalimantanKalimantan - Tato Mistis Wanita DayakTato pada wanita Dayak diberikan karena keahlian di bidangnya masing masing.
Wanita ditato sebagai penghargaan karena keberhasilan mereka dalam menenun, menari, ataupun menyanyi. Corak dan gambar tato pada wanita Dayak diberikan berbeda-beda sesuai dengan keahliannya.
Pada kaum wanita, tato berhubungan dengan kepercayaan atau religi. Tato diyakini menjadi suatu penerangan atau obor yang akan menemani seseorang ketika ia mengalami kematian, yaitu sebagai teman dalam menjalani keabadian. Maka dari itu, tato yang semakin banyak merupakan suatu hal yang baik. Karena, semakin banyak tato di tubuh mereka, berarti semakin banyak obor yang akan menemani mereka menempuh jalan keabadian setelah kematian.
Ketika roh seorang suku Kayan (salah satu bagian dari suku Dayak) pergi meninggalkan raganya, maka roh tersebut pergi ke desa kematian. Dalam perjalanan tersebut, roh mengalami berbagai rintangan dalam perjalanan spiritual tersebut. Yang paling sulit setelah kematian adalah melalui Sungai Kematian. Berdasarkan tradisi, jika roh memiliki tato, mereka bebas untuk melewati Sungai Kematian melalui kegelapan di sisi yang lain. Meskipun dunia tersebut sunyi dan tidak nyaman, roh-roh yang memiliki tato mulai terbakar dengan cemerlang dan perlahan mereka akan terbawa ke tempat peristirahatan terakhir, dimana mereka dapat berjumpa dengan para nenek moyang atau leluhur mereka.
Bambu gila mistis permainan dari TernateSulawesi - Bambu Gila Permainan Mistis dari TernatePermainan ini melibatkan kekuatan supranatural untuk menjalankannya, walaupun tidak diperlukan ritual tertentu. Sebatang bambu dipegang oleh beberapa orang. Lalu oleh seorang dukun, bambu ini diberi mantera. Lama-kelamaan bambu ini terasa berat hingga orang-orang yang memegangnya berjatuhan ke tanah. Pelaksanaannya biasanya diiringi dengan musik perkusi. Bambu sepanjang tujuh ruas itu sangat sulit dijinakkan. Bahkan ketika dipeluk orang-orang bertenaga kuat sekalipun. Semisal enam pencalang - sekuriti adat Bali - yang kekar-kekar. Mereka seperti diayun oleh bambu yang tak begitu besar itu.
Kekuatan tarian bambu gila ini bukan main. Kalau tidak dijaga oleh beberapa pembantu pawang, para pembawa bambu gila ini bisa dibuat puyeng. Selama hampir tiga puluh menit, enam pembawa bambu gila ini diajak mengitari lapangan seluas 50 meter persegi. Ayunan yang mengikuti irama gamelan, awalnya pelan. Tetapi kemudian menjadi kian keras sehingga membuat mereka yang memegangnya kewalahan mempertahankan posisi pegangannya.
Di akhir pertunjukan, bambu yang tadinya bisa dibawa seorang saja, ketika dilepaskan bagai besi berton-ton beratnya, sehingga sang pawang tak kuasa menahan bambu yang telah diletakkan di tanah.
Uniknya, meski sudah selesai, daya gaib dari bambu itu tidak mau lepas kalau tidak diberi makan api. Oleh karena itu, dibuatlah api dari kertas yang dibakar. Sang pawang pun melahap api dengan telapak tangannya tanpa dilambari pengaman. Setelah itu, sirnalah daya gaib bambu itu sementara sang pawang lemas kelelahan.
Situs purbakala mistis Tapurarang di Papua BaratIrian Jaya - Situs Purbakala Mistis Tapurarang di Papua BaratTebing bebatuan terjal di Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, menjadi saksi sejarah kehidupan nenek moyang penduduk Papua di zaman megalitikum. Dinding-dinding cadasnya berhiaskan beragam lukisan dengan dominasi warna merah dan kuning.
Ada gambar telapak tangan, mata, telapak kaki, wajah manusia, lumba-lumba, cicak, hingga dedaunan. Masyarakat setempat menyebut deretan tebing berlukis itu Tapurarang. Proses pembuatan lukisan itu tidak dengan disapu melainkan seperti disembur. Bercak-bercak cat berpewarna alami terlihat di tepian masing-masing objek. Walaupun sudah berumur ribuan tahun namun lukisan-lukisan ini masih terlihat jelas.
Lalu apa makna dari lukisan cadas Tapurarang? Menurut masyarakat setempat, lukisan-lukisan itu terjadi akibat kutukan dari Kaborbor, hantu penguasa lautan yang paling menakutkan. Konon, ada sebuah perahu nelayan tiba-tiba karam. Seluruh penumpang selamat kecuali seorang nenek tua, yang akhirnya meninggal tanpa ada seorang pun yang berusaha menolong.
Karena sakit hati, arwah si nenek berubah menjadi Kaborbor. Lalu dia mengutuk semua penumpang yang selamat dan hasil laut menjadi lukisan tebing. Tak mengerankan bila sampai kini situs Tapurarang termasuk sakral bagi warga lokal. DAP (Berita Indonesia 79)

Ajeng Junita Eka Putri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar