Selasa, 08 November 2011

CHA no YU


 Pada dasarnya teh adalah minuman berkafein yang dihasilkan dengan cara menyeduh daun, pucuk, atau tangkai daun yang dikeringkan. Tanaman teh (Camellia sinensis ) menghasilkan 4 kelompok teh: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.Teh mengandung polifenol, senyawa antioksidan yang diyakini berkhasiat bagi kesehatan. Polifenol tertinggi diperoleh pada teh hijau, kemudian oolong, lalu disusul teh hitam.
Konsumsi teh Indonesia masih sangat rendah, sekitar 300 gram per kapita per tahun. Sebagai perbandingan, konsumsi teh Inggris 2.260 gram dan Jepang 1.140 gram. Sementara Indonesia dikenal sebagai penghasil teh nomor 5 di dunia.

Senyawa Bioaktif dalam teh Hijau
Teh hijau mengandung lebih dari 36 persen polifenol, sekalipun jumlah ini masih dipengaruhi cuaca (iklim), varietas, jenis tanah dan tingkat kemasakan. Kunci utama dari khasiat teh berada pada komponen bioaktifnya, yaitu polifenol, yang secara optimal terkandung dalam daun teh yang muda dan utuh.
Paling tidak sekitar 14 glikosida mirisetin, kuersetin dan kaempferol dalam teh segar, teh hijau dan teh hitam telah diketahui keampuhannya menghalau kanker dan kolesterol.
Sifat fungsional teh hijau lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam. Ini ditunjukkan dengan jumlah polifenol teh hijau yang berperan untuk mencegah terjadinya kanker dibandingkan polifenol teh hitam. Senyawa polifenol dapat berperan sebagai penangkap radikal bebas hidroksil (OH) sehingga tidak mengoksidasi lemak, protein dan DNA dalam sel. Radikal bebas yang berasal dari berbagai makanan awetan dan polusi udara merupakan musuh utama kesehatan, kecantikan dan penuaan dini seperti cepat keriput dan noda hitam pada kulit. Kemampuan polifenol menangkap radikal bebas, 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih efektif dari vitamin E.
Hal yang sama juga terjadi pada LDL, kolesterol yang berbahaya bagi tubuh. Katekin dan theflavin membantu menyingkirkan radikal bebas sehingga tak memiliki kesempatan mengoksidasi LDL yang dapat membentuk plak pada dinding arteri, yang menjadi penyebab aterosklerosis. Dengan demikian, antioksidan pada teh dapat memperlancar arteri mengirim darah yang penuh gizi ke jantung dan ke seluruh tubuh.
Selan itu, kandungan epigalokatekin dan epigalokatekin galat pada teh hijau dapat menghambat aktivitas enzim yang mengatur tekanan darah dan dapat membantu mengurangi penyerapan vitamin B1 yang mengakibatkan berkurangnya aktivitas metabolisme gula sehingga berat badan bisa turun. Maka dengan mengkonsumsi teh secara teratur, 2- 4 gelas setiap hari, dapat menstimulasi terjadinya penurunan tekanan darah dan membantu menormalkan tekanan darah penderita tekanan darah tinggi.

Teh Jepang
Walaupun teh berasal dari jenis pohon yang sama- Camellia sinensis -proses pembuatan teh dapat menghasilkan berbagai variasi :

Matcha dan Kokeicha : Matcha adalah bubuk teh hijau yang digunakan dalam upacara Cha no Yu. Digunakan dengan cara menyeduh dengan air mendidih dan mengaduk secara beraturan hingga berbuih menggunakan kuas bambu. Kokeicha adalah bubuk matcha berbentuk pasta yang dicetak meniru bentuk daun.
bubuk Matcha
Kokeicha/teh kasar
Sencha and Bancha  ; Jenis teh yang digunakan sehari-hari di rumah. Kualitas bancha lebih rendah dibandingkan dengan sencha. Shencha berkualitas tinggi sedikit terasa manis serupa bayam dengan tekstur daun yang lembut, sedangkan bancha terasa sedikit pahit dan beraroma rumput.  
Bancha
 
              Sencha

Gyokuro : Adalah teh hijau berkualitas tinggi. Ketika daun tumbuh, semak teh diselimuti bubuk bambu sehingga daun teh memproduksi clorofil lebih banyak dari biasa. Hal ini membuat kandungan teh kaya klorofil namun beraroma lebih lembut karena tannin (zat warna pada tumbuhan) yang berkurang . 

Genmaicha adalah teh hijau yang disangrai dengan butiran nasi. Konon, Genmai-nama pelayan seorang samurai ternama- tidak sengaja menumpahkan remah nasi ke dalam teh majikannya. Walau Genmai terpaksa dieksekusi, majikannya sangat menikmati aroma teh itu dan menamainya Genmaicha- menghormati pelayannya.
Hojicha dibuat dari daun bancha yang disangrai. Memiliki rasa dengan aroma asap yang alami. Kukicha dibuat dari ranting semak teh; disangrai sebanyak empat kali hingga berwarna coklat. Memiliki aroma harum dan rasa sedikit menggigit.



CHANOYU
Chanoyu dikenal sebagai "Upacara Minum Teh" tetapi arti harafiahnya adalah ‘air panas untuk teh ‘ . Secara sederhana Chanoyu dapat diartikan sebagai perpaduan dari berbagai seni Jepang yang berfokus pada ‘persiapan’ dan ‘penyajian ‘ semangkuk teh sepenuh hati.
Teh pertama kali diperkenalkan ke Jepang dari Cina melalui para pendeta Buddha di abad ke-enam. Teh kemudian mendapat perhatian khusus di tahun 1191 sejak kepulangan pendeta Zen bernama Eisai (1141-1215) pendiri sekte Rinzai dari Buddha Zen di Jepang. Ia memperkenalkan bubuk teh dan daun teh yang dibawanya dari Cina. Bibit teh kemudian ditanam oleh rekannya pendeta Myoe (1173-1232) di kuil Kozanji –Kyoto bagian timur.
Maha guru teh Sen Rikyu (1522-1591) mengembangkan wabicha – tata cara menikmati teh yang merefleksikan rasa sederhana dan ketenangan dari teh. Hal ini lah yang diajarkan di Jepang dan disebarkan ke seluruh dunia hingga hari ini.
Wa Kei Sei Jaku (keharmonisan , penghormatan , kemurnian dan keterampilan ) adalah prinsip yang dipegang teguh para praktisi Chanoyu yang juga dipraktekkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Di antara ragam gaya Chanoyu yang dipraktekkan hingga hari ini, Sekolah Teh Urasenke, di bawah pimpinan Sen Soshitsu XVI, keturunan ke-16 dari Sen Rikyu, adalah yang paling populer. Empat puluh tahun belakangan ini Sen Genshitsu,ayah sekaligus gurunya telah mulai berkeliling dunia untuk memperkenalkan Chanoyu ke berbagai belahan dunia. Dia percaya ketika orang berkumpul untuk berbagi semangkuk teh, kedamaian akan tercipta.
Daisetz T. Suzuki dalam buku "Zen and Japanese Culture" menggambarkan alasan terakhir menyesap teh di ruang teh:
"Siapa yang akan menyangkal ketika saya menyesap teh di ruang teh saya, juga berarti saya tengah menelan dunia bersamanya? Ketika saya mengangkat mangkuk ke bibir saya merupakan keabadian tersendiri yang dapat melampaui ruang dan waktu ? "
“Seni teh mengajarkan kita lebih dari sekedar keharmonisan atau pun menjaganya dari kontmaninasi atau bahkan membiarkannya tenggelam ke dalam ketenangan kontemplatif. Mengenai hal ini Suzuki mengatakan “ juga membaca kelembutan ruh’ (yawaragi) . Bagi saya hal ini menggambarkan ruh yang dapat mengatur seluruh prosedur dari seni teh dengan lebih baik’.


"Apakah teh itu ? Hal sederhana untuk merebus air, menyeduh dan meminumnya ?. Ini adalah hal mendasar. Jalan setapak di kebun, bilik, penjamu dan tetamu ..semua melebur dalam teh tanpa terganggu” Sen no Rikyu (1521-91)


By : Maya Carlina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar