jawa barat Jawa Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di Pulau Jawa. Provinsi ini terletak di sebelah DKI Jakarta sehingga banyak pendatang yang menetap di provinsi ini. Ibu kotanya ialah Bandung. Provinsi ini bersempadan dengan:
- Provinsi Banten dan DKI Jakarta di sebelah barat;
- Lautan Hindi di sebelah selatan;
- Provinsi Jawa Tengah di sebelah timur; dan
- Laut Jawa serta DKI Jakarta di sebelah utara.
yang
terkenal dengan budaya sunda, budaya sunda terasa kental sekali melekat
pada masyarakat jawa barat mulaia dari bahasa yang unik , tarian
jaipongnya yang sudah terkenal dan wayang goleknya yang juga unik dan
mengagumkan, yang tidak kalah mengagumkan adalah angklung ini adalah
alat musik yang terbuat dari bambu yang menghasilkan suara khas yang
tiada duanya, ini adalah ciri khas jawa barat berikut beberapa foto dari
budaya jawa barat
Budaya
di Provinsi Jawa Barat banyak dipengaruhi oleh Budaya Sunda. Kesenian
bela diri yang berasal dari Jawa Barat ialah Tarung Drajat, semacam
Pencak Silat. Berikut adalah senarai kesenian yang berasal dari Jawa
Barat
- Tari Jaipongan
Jaipongan
adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang
seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat
yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan
mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada
Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan,
nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas
cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.
- Tari Topeng
Tari
topeng dari Cirebon, merupakan salah satu tarian di tatar Parahyangan.
Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng disaat menari.
Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya, dan mengalami
perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan.
Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa
juga dimainkan oleh beberapa orang.
Salah
satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah Tari topeng kelana
kencana wungu merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang
menceritakan ratu Kencana wungu yang dikejar-kejar oleh prabu
Menakjingga yang tergila-tergila padanya. Pada dasarnya masing-masing
topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan
manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang
lincah namun anggun. Menakjingga (disebut juga kelana), dengan topeng
warna merah mewakili karakter yang berangasan, tempramental dan tidak
sabaran. Tari ini karya Nugraha Soeradiredja.
Gerakan
tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh
kendang dan rebab, merupakan ciri khas lain dari tari topeng.
- Tari Merak
Tari
Merak menggambarkan kehidupan satwa burung Merak yang mempunyai
keanggunan, keindahan dan kelincahan gerak-geriknya dalam kehidupan
burung Merak yang sedang bercanda ria didalam alam jagad raya ini. Tari
ini adalah tarian yang dimainkan wanita. Ia adalah tari klasik Sunda
yang menyimbolkan kecantikan alam
Selain itu Jawa Barat memiliki senjata tradisional yang disebut dengan Kujang dan Rumah adatnya bernama Keraton Kasepuhan Cirebon
Senjata kujang
Keraton Kasepuhan Cirebon
Sumber :: Dwi Jayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar