Seni Budaya Kalimantan Barat
Barongsai Singkawang
Singa merah tampak mengendap-endap. Haap! Ia meloncat dan bertengger di sebuah tiang.
Si
singa merah bertubuh panjang mulai menari. Para pemain musik mengiringi
barongsai dengan tabuhan bertalu-talu. Dug, dug, jreng! Wuih, meriah
sekali.
Barongsai siap beraksi!
Kota
Singkawang, Kalimantan Barat terkenal dengan pertunjukkan barongsai.
Apalagi menjelang hari Imlek dan Cap Go Meh , semakin banyak yang
berlatih.
Pemain
barongsai biasanya berlatih satu jam dalam sehari dan dilakukan rutin
setiap hari. Pemain ini kadang bergantian dengan pemain musik jika sudah
kelelahan.
Selain sering tampil di klenteng, barongsai juga berkeliling dari rumah ke rumah.
Setelah
pamer kebolehan, mereka akan mendapat angpau dari pemilik rumah. Angpau
sering diletakkan di tempat yang tinggi oleh pemilik rumah.
Barongsai pun harus meloncat tinggi untuk mengambil angpaunya. Seru Sekali.
Selain
barongsai ada juga penari naga. Nah, kalau yang ini, dimainkan oleh
orang dewasa. Ini karena naganya sangat berat. Bayangkan, panjang naga
70 meter dan berat kepalanya 20 kg.
Untuk
mengangkat si naga yang berat dan panjang, dibutuhkan 40 orang dewasa.
Pertunjukkan naga biasanya berlangsung sekitar tiga jam.
Saat
lampu menyala, naga akan terlihat sangat bagus. Setelah dimainkan, naga
pun langsung dibakar. Aduh, sayang sekali. Padahal untuk membuat naga
ini menghabiskan biaya sekitar 30 juta, lho. Tapi, ini memang
kepercayaan dan tradisi mereka.
ü Si Panjang dari Singkawang
Dari jauh terlihat seperti tirai yang sedang dijemur. Begitu dekat, ternyata itu mie khas Singkawang, misua atau misoa.
Mi dijemur dengan cara seperti ini.Misoa adalah warisan leluhur Cina.
Bagi orang Tionghoa, misoa adalah makanan istimewa. Apalagi saat ada
yang berulang tahun, hidangan berupa mi panjang pun tak pernah
ketinggalan. Mereka percaya mi adalah lambang panjang umur.
Bentuk
misoa bulat panjang, seperti bihun. Warnanya putih susu. Tekstur misoa
yang halus ini berasal dari campuran, telor, tepung terigu, dan
bahan-bahan lainnya.
Semua
bahan itu dituang dalam satu tempat, kemudian dicampur menggunakan alat
hingga menjadi adonan. Selanjutnya, adonan itu dipotong hingga
menghasilkan mi yang panjang-panjang.
Setelah
itu, misoa dijemur. Pemandangan misoa dijemur ini memang luar biasa.
Dari kejauhan jemuran misoa tampak seperti tirai putih yang berayun-ayun
ditiup angin.
Rumah Betang Punya Kepala Suku
Satu rumah dihuni banyak orang. Itulah ciri khas rumah betang.
Saat
berkabung, warga rumah betang tidak melakukan kegiatan yang sifatnya
berisik. Satu rumah untuk semua, itulah rumah betang. Beberapa keluarga
tinggal di sana dengan jumlah penghuni sekitar 100-150 orang. Keluarga
besar ini dipimpin oleh seorang tetua yang disebut Pembakas Lewu .
Rumah
betang berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat Dayak. Di sini,
orang Dayak melakukan kegiatan, seperti menenun, memahat, mengukir,
menari dan melaksanakan upacara adat.
Warga
rumah betang sangat memelihara rasa kekeluargaan. Jika ada salah satu
penghuni meninggal, semua warga betang ikut berkabung.
Rasa
berkabung itu ditunjukkan selama satu minggu. Mereka tidak menyalakan
musik, tidak berisik, tidak menggunakan perhiasan, tidak minum saguer (minuman tradisional dari beras ketan), dan tidak menghidupkan alat elektronik.
Sebaliknya,
jika salah seorang penghuni rumah betang memperoleh ikan dan hasil
buruan lainnya, perolehan itu dibagi-bagi dan dimakan bersama-sama.
Wayang Gantung
Wayang gantung, sebuah kesenian yang hampir punah dari daerah Singkawang, Kalimantan Barat.
Wayang memang
banyak jenisnya. Salah satunya, wayang gantung. Namanya hampir tidak
pernah kedengaran lagi. Salah seorang kakek Chin Nen Sin di Desa Lirang,
Singkawang Selatan masih menyimpan boneka wayang gantung asli dari
Cina.
Kakek Chin Nen Sin menyimpan koleksi boneka wayang gantung yang sudah berusia 200 tahunan.
Kakek
itu menyimpan rapih boneka wayang gantung yang telah berusia 200
tahunan. Boneka-boneka wayang itu dismpan rapih dalam peti dan baru
dikeluarkan saat pertunjukkan berlangsung.
Boneka
wayang gantung merupakan sisa-sisa tradisi warisan leluhur etnis
Tionghoa di Singkawang. Konon, koleksi boneka ini hanya tinggal
satu-satunya di Indonesia.
Pertunjukkan
wayang gantung dimainkan oleh 112 orang. Semua pemainnya adalah
kakek-kakek. Hmm, generasi muda belum banyak yang tahu tentang
pertunjukkan wayang ini. Jadilah, kakek-kakek yang paling menguasainya.
Pertunjukkan wayang gantung diiringi dengan kecapi dan lagu Mandarin. Selain itu, ceritanya juga dituturkan dalam bahasa Cina.
Tradisi Robo-robo
Robo-robo berasal dari kata Robo atau Rabu.
Tradisi Robo-Robo
Diadakan
pada Rabu terakhir bulan Sapar (Hijriah) yang menyimbolkan keberkahan.
Menurut cerita, ritus ini merupakan peringatan atau napak tilas
kedatangan Pangeran Mas Surya Negara dari Kerajaan Matan (Martapura) ke
Kerajaan Mempawah (Pontianak).
Ritual
tersebut dimulai ketika Raja, Ratu Mempawah, putra-putrinya serta
punggawa dan pengawal berangkat dari Desa Benteng, Mempawah, menggunakan
perahu bidar, yakni perahu kerajaan dari Istana Amantubillah. Kapal
tersebut akan berlayar menuju muara Sungai Mempawah yang terletak di
Desa Kuala Mempawah dengan jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan. Di
muara sungai akan dilakukan semacam upacara "penyambutan" ke laut
seperti ketika Opu Daeng Menambon tiba di muara sungai tersebut untuk
pertama kalinya.
Robo-robo itu sendiri dimaksudkan sebagai suatu peringatan serangkaian kejadian penting bermula Haulan pada hari Senin malam Selasa terakhir bulan Syafar guna mengenang hari wafatnya Opu Daeng Manambun.
Bagi warga keturunan Bugis di Kalbar, robo-robo biasanya diperingati dengan makan bersama keluarga di halaman rumah. Tidak hanya di rumah, makan bersama juga dilakukan siswa di berbagai sekolah baik tingkat SD hingga SMU pada Rabu pagi.
Robo-robo itu sendiri dimaksudkan sebagai suatu peringatan serangkaian kejadian penting bermula Haulan pada hari Senin malam Selasa terakhir bulan Syafar guna mengenang hari wafatnya Opu Daeng Manambun.
Bagi warga keturunan Bugis di Kalbar, robo-robo biasanya diperingati dengan makan bersama keluarga di halaman rumah. Tidak hanya di rumah, makan bersama juga dilakukan siswa di berbagai sekolah baik tingkat SD hingga SMU pada Rabu pagi.
Tari Monong
Salah satu tarian khas Provinsi Kalimantan Barat.
Sumber :: Dwi Jayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar