Pelajaran Kecil dari Konosuke Matsushita
Konosuke Matsushita, pendiri Matsushita (Panasonic) group, adalah
sosok yang kharismatis. Salah satu ucapan dia yang terknal adalah
“Perusahaan yang memproduksi barang adalah perusahaan yang mengasuh
manusia” (mono wo tsukuru kaisha wa hito wo sodateru kaisha). Artinya
dia menempatkan manusia sebagai sentral dalam pengembangan
perusahaan/bisnisnya. Itulah yang dia tunjukkan dalam berbagai episode
kehidupannya.
Ada cerita yang sudah cukup sering ditulis di sana sini, tentang
bagaimana Matsushita memilih untuk tidak mengurangi karyawan saat krisis
ekonomi yang sangat dahsyat tahun 1929. Ia mengurangi produksi dengan
mengurangi jam kerja karyawan, dan tetap membayar upah mereka. Menjamin
karyawan dan keluarganya bisa tetap bertahan hidup di tengah krisis.
Di kemudian hari para karyawan yang dia selamatkan ini menyelamatkan
dirinya. Saat Jenderal Mc Arthur menguasai Jepang, dia menahan banyak
pengusaha yang terlibat dalam produksi senjata selama perang. Sebagian
dari pengusaha ini melakukan hal itu karena terpaksa, di bawah tekanan
rezim militer. Matsushita termasuk di antaranya. Tapi para karyawan yang
diselamatkan tadi membuat petisi, meminta Matsushita dibebaskan.
Akhirnya petisi ini dikabulkan.
Ada lagi cerita menarik yang saya dengar melalui sebuah stasiun TV
Jepang. Suatu hari Matsushita hendak menghadiri sebuah pertemuan bisnis
penting. Iya hendak menggunakan mobil, tapi sopirnya belum datang. Ia
menunggu cukup lama sampai akhirnya sopir itu datang. Akibatnya ia
terlambat sampai ke tempat pertemuan.
Matsushita marah besar dengan kejadian ini. Ia mengumumkan bahwa
kejadian ini memalukan dan tak boleh terulang. Agar tak terulang, harus
ada yang dihukum potong gaji (kalau tak salah potong sebulan gaji).
Siapa yang dihukum? Ketika keputusan diumumkan, banyak orang terkejut.
Ternyata Matsushita sendirilah yang dipotong gajinya. “Yang terlambat
hadir di pertemuan itu saya, bukan sopir saya. Saya punya kewajiban
mencari jalan agar tidak terlambat ketika sopir saya berhalangan.”
begitu alasan yang dia berikan.
Di saat lain diceritakan Matsushita sedang mengamati pengunjung yang
antri hendak masuk ke sebuah museum Panasonic. Terjadi antrian panjang
di bawah cuaca yang cukup panas. Karena kasihan melihat pengunjung yang
kepanasan itu, Matsushita mengambil beberapa lembar pamflet Panasonic,
lalu membuat topi dengan kertas pamflet itu, lalu membagikannya ke
pengunjung. Hal ini kemudian ditiru oleh para stafnya. Ternyata ada efek
yang tak lazim dari kegiatan ini. Topi kertas berlogo Panasonic itu
tetap dipakai pengunjung dalam perjalanan pulang, sehingga menjadi
semacam media iklan. Kemudian pihak museum secara resmi menyediakan topi
kertas berlogo Panasonic.
Sumber : Dwi Jayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar