Mainan adalah untuk dimainkan, demikian mottonya, maka anak-anak juga disediakan mainan yang bisa dicoba. Sebenarnya akan menyenangkan bila bisa membuat O-men(topeng dari kertas) atau belajar membuat aneka binatang origami, sayang ketika kami berkunjung sedang tidak ada acara ini.
Permainan tradisional Jepang selain O-men dan Origami juga ada permainan bola tangan untuk anak perempuan yaitu Temari. Anak saya yang penggemar Play Station sibuk membanggakan pelajaran yang diperolehnya dari game PS. Maklum ibunya seringkali cerewet tentang permainan PS yang kurang mendidik, jadi dipakainya kesempatan ini untuk promosi: "Ma, aku belajar juga tentang shogun dari PS,selain itu di PS ada permainan namanya Kemari. Itu permainan bola kaki untuk anak laki-laki, lain dengan yang ini. Yang ini namanya Temari, permainan bola tangan untuk anak perempuan." Permainan bola ini rupanya merupakan hasil permainan yang berasal dari China pada periode Heian (794-1185). Entah apa anak saya mendapat ilmunya benar dari Play Stationatau dia ngintip label pameran.
Permainan pra-modern menampilkan kelereng yang nama Jepangnya adalah Biidama marbles. Lucunya ada juga kelereng pipih dari gelas yang bernama O-hajiki. Kelereng sendiri sudah mulai dimainkan sejak masa Meiji (1868-1912). Bii sendiri katanya berasal dari bahasa Portugis vidroyang berarti gelas. Ada banyak permainan menarik dari masa ini. Ada permainan mini sumo, kaleidoskop, maupun Denden-Daiko yaitu drum kecil untuk anak-anak. Dalam lagu pengantar tidur anak-anak dari zaman Edo sudah menyebut keberadaan mainan drum kecil ini.
Mainan yang dicoba anak saya termasuk dalam mainan dari kayu, namanya Daruma Blocks. Tampak paling atas adalah wajah Bodhidharma sang pendiri Zen Buddhism. Anak-anak harus mengeluarkan balok yang terletak paling bawah dengan sebuah tongkat pemukul tanpa meruntuhkan susunan balok di atasnya. Mainan ini katanya sangat digemari pada masa Meiji dan Taisho (1912-1926).
Satu lagi permainan yang mereka coba adalah Kendama, permainan mangkuk dan bolanya. Bola yang terikat di tali dilontarkan ke atas dan dicoba tangkap dengan mangkuk yang terdapat pada batang kayu yang mirip dengan pedang itu. Bukan cuma anak saya yang kecil yang kesulitan, sayapun tidak mampu menggolkan sang bola ke dalam mangkuk.

Permainan kartu, rupanya menggunakan kata dari bahasa Portugis carta, yang di dalam bahasa Jepang menjadi Karuta. Permainan modern diwakili oleh berbagai mainan modern seperti boneka "Barbie", Hello Kitty, boneka pahlawan, maupun mobil-mobilan. Ada juga mamagoto, yang mirip dengan permainan masak-masakan dimana buah-buahan yang tebuat dari kayu maupun plastik dan bisa dipotong-potong pada saat bermain masak-masakan.
Sebenarnya komentar anak saya mengenai game PSnya menyiratkan sedikit pencarian akangame elektronik yang cukup banyak berasal dari Jepang. Bukankah nama seperti Nintendo dan Tomagochi semuanya menyiratkan bau-bau Jepang?! Mungkin yang dianggap mainan edukatif dan kreatif itu memang tidak termasuk mainan elektronik yang monoton dan mengurangi sosialisasi dan gerak badani anak-anak?!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar